Minggu, 09 Juni 2013

sunan shaghir lil baihaqi

PENDAHULUAN
1.    Latar belakang
Hadits-hadits Nabi Muhammad saw yang terkumpuldalam bentuk sunan banyak ragamnya seperti yang terkenal di masyarakat adalah sunan karya Abu Dawud, at-Tirmizi, al-Nasa’i, Ibn Majah dan al-Darimi. Namun dalam sejarahnya, kitab sunan bukan hanya lima kitab tersebut,  karena bentuk-bentuk kitab itu merupakan salah satu trend yang pernah berkembang dalam tradisi penulisan hadits. Diantara kitab sunan yang  lain dari lima kitab-kitab tersebut adalah al-Sunan al-Shaghir karya Imam al-Baihaqi (w. 458 H).
Kitab sunan karya al-Baihaqi ini berbeda dengan kitab-kitab sunan yang lain karena kitab tersebut ditulis pada masa abad ke-4 H, yang dalam studi sejarah perkembangan hadits dapat dikelompokkan dalam ulama mutaakhkhirin. InsyaAllah tulisan ini akan membahas lebih jauh tentang Al-Sunan al-Shaghir.

2.    Rumusan masalah
Untuk lebih terperinci pembahasannya, penulis perlu memaparkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Siapakah Imam al-Baihaqi ?
2.      Apa saja karya yang ditulis oleh Imam al-Baihaqi ?
3.      Bagaimana setting sejarah Masa Hidup Imam al-Baihaqi ?
4.      Bagaimana latar belakang kitab al-Sunan al-Shaghir ?
5.      Bagaimana  sistematika  penulisan  yang  dilakukan  oleh  Imam  al-Baihaqi ?
3.    Tujuan Penulisan
1.         Memperkenalkan ulama besar, imam al-Baihaqi bahwa ia adalah salah satu dari ulama-ulama hadits.
2.          Mengenal dan mengenang jasa Imam al-Baihaqi dalam menegakkan agama Islam dengan krya-karyanya.
3.         Mempelajari sosio-historis pada masa hidup Imam al-Baihaqi hidup
4.         Mengetahui latar belakang penulisan kitab al-Sunan al-Baihaqi
5.         Memahami sistematika penulisan kitab al-Sunan al-Baihaqi


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Biografi Imam al-Baihaqi
Menurut al-Subkiy, al-Baihaqi adalah pembela madzhab Syafi’i dalam hal ushul dan furu’nya.Ia belajar fikih dari Nashir al-‘Umari dan belajar ilmu Kalam Madzhab al-Asy’ari. Ia bekerja keras mengarang berbagai macam kitab. Ia adalah ahli Hadits yang paling cakap yang mampu menyatukan perbedaan paham. Ia cepat dalam memahami dan memiliki potensi kecerdasan yang sangat baik.[2]
Al-Baihaqi memperoleh ilmu dari para ulama yang mumpuni pada masanya. Dan hal itu terpantul pada karya-karya al-Baihaqi yang mencerminkan penguasaan dan kecintaannya terhadap sunnah, kecenderungannya pada kebenaran, dan pembelaannya terhadap madzhab Imam Syafi’i. Imam al-Haramain berkata, “Tidaklah Syafi’i akan menjadi madzhab, kecuali jika ia memiliki pendukung yang kuat, dan tidak lain Ahmad bin al-Baihaqi melainkan sebagai pendukung kuat madzhab Syafi’i.[3]
Al-Baihaqi berkelana pergi ke Irak, kota-kota sekitar Irak (al-Jibal) dan ke Hijaz untuk belajar ilmu kepada para ulama. Diantara ilmu yang dikuasai oleh al-Baihaqi antara lain adalah ilmu Hadits, ’ilal al-Hadits,dan Fikih.
Diantara para ulama yang menjadi guru dari al-Baihaqi adalah :
1.      Al-Hakim al-Naisaburi. Imam ahli Hadits pada masanya. Penyusun kitab al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain dan kitab ulum al-Hadits, al-Madkhal ila Ma’rifat al-Iklil, Manaqib al-Syafi’i dan sebagainya.
2.      Abu al-Hasan Muhammad ibn al-Husain al-‘Alawi al-Husna al-Naisaburi (w. 401 H)
3.      Abu ‘Abdurrahman al-Sullami Muhammad ibn al-Husain ibn Musa al-Azadi al-Naisaburi (303-412 H). Penyusun kitab Thabaqat al-Shufiyyah.
4.      Abu Sa’ad Abd al-Malik ibn Abi Usman al-Khurkusi al-Naisaburi (w. 407 H)
5.      Abu Ishaq al-Thusi Ibrahim ibn Muhammad ibn Ibrahim (w. 411 H)
6.      Abu Muhammad Abdullah ibn Yusuf ibn Ahmad al-Ashfahani, seorang tokoh tasawwuf dan ahli Hadits yang tsiqah. Al-Baihaqi banyak meriwayatkan Hadits darinya.[4]
Adapun para murid Imam al-Baihaqi diantaranya :
1.         Abu Abdullah al-Farawi, Muhammad ibn Fadhl
2.         Abu Muhammad Abd al-Jabbar ibn Muhammad ibn Ahmad al-Baihaqi al-khuwari
3.         Abu Nashr ali ibn Mas’ud ibn Muhammad al-Suja’i
4.         Zahir ibn Thahir ibn Muhammad
5.         Al-Qadhi Abu Abdullah al-Husain ibn Ali ibn Fathimah al-Baihaqi
6.         Isma’il ibn Ahmad al-Baihaqi, anak penyusun kitab Sunan al-Shaghir
7.         Abu al-Hasan Abdullah ibn Muhammad ibn Ahmad, cucu laki-laki Imam al-Baihaqi[5]
B.  Karya-Karya Imam al-Baihaqi
Imam al-Baihaqi banyak menulis karya-karya dalam bidang Hadits, Fikih, dan ‘Aqaid. Diantara karya-karya yang paling penting adalah sebagai berikut :
1.      Al-Sunan al-Kubra
Kitab ini merupakan karya al-Baihaqi yang paling penting. Dalam kitab tersebut, al-Baihaqi mengumpulkan sabda, perbuatan dan persetujuan Nabi saw., hadits mauquf al-Shahabi, dan hadits mursal at-Tabi’i.kitab ini disusun berdasarkan bab-bab yang fikih. Kitab ini telah diringkas (ikhtishar) oleh tiga orang yaitu, Ibrahim ibn Ali (w. 744  H) dalam lima jilid, adz-Dzahabi (w. 748H) dan Abd al-Wahhab ibn Ahmad asy-Sya’rani (w. 974).
Alauddin Ali ibn Usman yang dikenal dengan Ibn al-Tarkimani (w. 750 H), melakukan pembahasan, analisis dan kritik terhadap kitab al-Sunan al-Kubra yang ia tuangkan dalam kitabnya yang berjudul “al-Jauhar al-Naqi fi al-Radd ‘ala al-Baihaqi” dan dicetak bersamaan sebagai hasyiyah dari kitab al-Sunan al-Kubra.
2.      Ma’rifat al-Sunan wa al-Atsar
3.      Al-Mabsuth,berisi perkataan dan teks-teks imam Al-Syafi’i
4.      Al-Asma’ wa al-Shifat
5.      Al-I’tiqad
6.      Dalail al-Nubuwwat wa Ma’rifat Ahwal Shahib al-Syari’ah
7.      Syu’ab al-Iman
8.      Manaqib al-Syafi’i
9.      Al-Da’wat al-Kabir, memuat do’a-do’a yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw.
10.  Al-Zuhud al-Kabir
11.  Itsbat ‘Adzab al-Qabr wa sual al-Malakain
12.  Takhrij Ahadits al-Umm, kitab ini mentakhrijkan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab al-Umm, karya Imam Syafi’i.
Imam al-Baihaqi meninggal dunia di Naisabur pada tanggal 10 Jumadi al-Ula tahun 458 H/ 1066 M dan dikuburkan di Baihaq[6].Menurut Imam al-Dzahabi, dalam kitab al-‘Ubur mengatakan, “Imam al-Baihaqi meninggal pada usia 74 tahun”.[7]
C.  Setting Sejarah Masa Hidup Imam al-Baihaqi 
Imam al-Baihaqi didaerah wilayah Naisabur, diwilayah Khurasan (Afganistan), pada masa disintegrasi daulah Abbasiyyah. Ketika itu kaum muslim terpecah belah berdasarkan politik, fikih dan pemikiran. Antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya berusaha saling menyalahkan dan menjatuhkan, sehingga mempermudah musuh dari luar yakni, bangsa Ramawi, untuk mencerai-berekan mereka.Dalam kekrisisan ini Imam Al-Baihaqi hadir sebagai pribadi yang komitmen terhadap ajaran agama.Ia memberikan teladan bagaimana seharusnya menerjemahkan ajaran ajaran Islam dalam perilaku keseharian.[8]
Pada masa hidup al-Baihaqi, wilayah Khurasan dikuasai oleh dinasti Ghaznawiyah (999-1040 M).dinasti ini mempunyai peranan penting dalam melakukan islamisasi pada anak benua India (Afganistan, India dan Pakistan) serta Transaxonia. Daulah Ghoznawiyah dibangun oleh Sebuktigin (366-387 H/ 976-997 M) yang berpusat di daerah Ghazna disebelah selatan kota Kabul, Afganistan. Dari semula sebagai penguasa kota Ghazna saja, Sebuktigin kemudian memperluas wilayahnya ke Peshawar dan Punjab setelah mengalahkan konfederasi tiga raja Hindu.[9]
Era disintegrasi (kekacauan) daulah Abbasiyah menampakkan dua kecenderungan yang dominan.Pertama, merupakan kecenderungan abbasiyah yang mengarah pada dua percabangan cosmopolitan Islam dan kultur keagamaan Islam. ketika seni dan arsitektur, syair, sains, dan bentuk-bentuk tertentu dari literature prosa merupakan ekspresi elit istana, rezim, dan elit pemerintah. Perhatian elit istana juga meluas sampai pada sejumlah kajian keagamaan Islam.beberapa cabang aliran seperti sejarah, kajian politik, filsafat dan teologi dikembangkan di lingkungan istana maupun di lingkungan perkotaan.
Kecenderungan kedua, mengarah pada keragaman yang bersifat regional. Ketika Abbasiyah semakin lemah, Samarkand dan Bukhara, Naisabur dan Isfahan, Kairo Fez dan Cordoba menjadi kota-kota baru bagi peradaban Islam dengan menggantikan kedudukan kultur cosmopolitan tunggal yang dikembangkan oleh Abbasiyah, maka masing-masing kota besar tersebut melahirkan corak khusus yang berkenaan dengan motif-motif Islam dan warisan lokal.[10]
D.  Latar Belakang Kitab al-Sunan al-Shaghir
Kitab al-sunan al-Shaghir atau al-Sunan al-Shughra, al-Mukhtashar fi al-Furu’, riwayat Abi al-Qasim Zahir ibn Thahir al-Syahami[11]ini oleh al-Baihaqi diperuntukkan bagi orang-orang yang telah benar aqidahnya.Dalam muqaddimah kitabnya, al-Baihaqi menyatakan bahwa kitabnya tersebut memuat tentang berbagai hal yang harus dilalui oleh mereka yang telah lurus aqidahnya, yaitu memuat tentang ibadah, mu’amalah, munakahat, hudud, siyar, hukumat. Kitab ini juga dimaksudkan oleh al-Baihaqi sebagai bayan secara ringkas terhadap madzhab ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah dalam mengamalkan syari’ah.
Al-Sunan al-Shaghir bukanlah ringkasan dari kitab al-Sunan al-Kubra. Tidak semua hadits yang ada didalam kitab al-Sunan al-Shaghir terdapat didalam kitab al-Sunan al-Kubra, begitu juga sebaliknya,
Al-Sunan al-Kubra disusun oleh Imam al-Baihaqi dalam rangka membela fikih Imam Syafi’i dan memperkokoh pendapatnya dengan mengemukakan hadits dan syawahid yang banyak jumlahnya dan memenuhi isi kitab al-Kubra.Sedangkan sunan al-Shaghir disusun untuk memenuhi kebutuhan untuk orang yang mencari ilmu dan sebagai tuntunan dalam beramal untuk orang yang telah lurus aqidahnya.
E.  Sistematika Penulisan Kitab al-Sunan al-Shaghir
Al-Sunan al-Shaghir memuat hadits-hadits Nabi Saw yang lengkap sanadnya, yaitu dari mulai gurunya al-Baihaqi terus bersambung sampai kepada Rasulullah saw. Tetapi seringkali al-Baihaqi juga menukilkn hadits secara mu’allaq, yaitu hanya mengemukakan rawi tingkat sahabat saja lalu diikuti dengan matannya.Didalamnya juga terdapat hadits mursal al-Shahabi dan al-Mauquf al-Tabi’i, terkadang juga pembahasan awalnya diawali dengan menyertakan ayat al-Qur’an, bahkan terdapat juga perkataan ulama, seperti Imam al-Syafi’i, yang ditulis didalamnya.Sehingga karenanya kitab ini tidak murni merupakan kitab hadits, tetapi merupakan perpaduan antara kitab fikih dengn kitab hadits.Dikatakan kitab fikih karena bahasannya berdasarkan pada bab-bab fikih yang juga menyertakan pendapat para sahabat, tabi’in, dan para ulama lainnya. Dan dikatakan sebagai kitab hadits, karena memang dalam halaman-halaman pembahasannya lebih dominan memuat hadits yang disertakan dengan sanad dari al-Baihaqi dibandingkan pendapat-pendapat yang lain.
Rangkaian sanad yang terdapat dalam al-Sunan al-Shaghir berkisar antara 7 rawi sampai 9 rawi.Beberapa hadits yang terdapat dalam kitab al-Sunan al-Shaghir terkadang dijelaskan kualitasnya oleh Imam al-Baihaqi, namun banyak yang tidak diberi penjelasan.Dengan demikian hadits-hadits yang belum dijelaskan kualitasnya oleh al-Baihaqi harus diteliti lagi kualitasnya.
Dalam edisi cetakan Dar al-Fikr, Beirut tahun 1414 H, kitab ini dicetak dalam dua jilid. Jilid pertama meliputi biografi imam al-Baihaqi yang ditulis oleh muhaqqiq kitab: Abdullah Umar al-Hasanain, dan 10 kitab pertama, mulai dari muqaddimah sampai al-Faraid. Sedangkan jilid kedua diawali dari kitab al-Nikah dan diakhiri dengan kitab al-Makatib.Oleh Abdullah Umar al-Hasanain, setiap item tidak membedakan baik itu hadits ataupun non hadits diberi nomer urut.Penomerannya dimulai dari no.1 s.d. 4887.Hadits dan non hadits yang terdapat dalam kitab tersebut disistemasi sesuai dengan bab-bab fikih dan dibagi menjadi 28 kitab.[12]
Tetapi, ada perbedaan sedikit dengan kitab al-Sunan al-Shaghir yang ditahqiq oleh, Abd al-Salam Abd al-Syafi dan ditakhrij oleh Ahmad Qibbani, (cetakan Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah; tahun cet.pertama thn. 1412 H-1992 M), (kitab yang sedang penulis bahas) ini. Yaitu, dalam cetakan tersebut dituliskan juz-juznya, sedangkan pada cetakan Beirut: Daral-Fikr tidak ada. Cetakan jilid pertama terdapat 10 Juz, dan jilid kedua terdapat 8 juz, yang terdiri dari 28 kitab, 692 bab, didalamnya terdapat 2005 hadits yang mempunyai sanad lengkap dan al-aqwal (pendapat-pendapat dari para Ulama) juga beberapa hadits-hadits yang tidak lengkap sanadnya. Sehingga bila diagabungkan semuanya menjadi 4883 campuran hadits dan non hadits.[13]Penomeran hadits atu non haditsnya dimulai dari no.1 s/d 4883,. Sistematikanya bisa dilihat pada tabel berikut ini:
NO
JUZ KE/JUMLAH JUZ
NAMA KITAB
JML BAB

NO. HADITS/ NON HADITS


Muqaddimah



I
Muqaddimah mushannif
3
1-18
1
I
Al-Thaharah
22
19-224
2
II, III, IV
Al-Shalat
29, 51, 38=118
225-956
3
IV, V
Fadhail al-Qur’an
9, 4=13
957-1030
4
V
Janaiz
16
1031-1187
5
V, VI
Zakat
11, 6=17
1188-1318
6
VI
Al-Shiyam
36
1319-1481
7
VII, VIII
Al-Manasik
49, 8=57
1482-1910
8
VIII, IX
Al-Buyu’
45, 34=79
1911-2371
9
IX, X
Al-Faraid
14, 12=26
2372-2446
10
X, XI
Al-Nikah
36, 19=55
2447-2756
11
XI
Al-Khulu’ wa al-Thalaq
18
2757-2876
12
XI, XII
Al-Ila’
18, 8=26
2877-3055
13
XII
Al-Nafaqat
9
3056-3111
14
XII
Al-Jirah
15
3112-3208
15
XII, XIII
Al-Diyat
5, 8=13
3209-3379
16
XIII
Qital Ahl al-Baghy
4
3380-3406
17
XIII
Al-Murtad
4
3407-3433
18
XIII, XIV
Al-Hudud
12, 7=19
3434-3619
19
XIV
Al-Asyribah
16
3620-3758
20
XIV, XV
Al-Siyar
9, 19=28
3759-4046
21
XV
Al-Jizyah
10
4047-4145
22
XVI
Al-Shaid wa al-Dzabaih
26
4146-4353
23
XVI, XVII
Al-Aiman wa al-Nudzur
13, 6=19
4354-4477
24
XVII
Adab al-Qadhi
10
4478-4537
25
XVII
Al-Syahadat
11
4538-4713
26
XVIII
Al-Da’awa wa al-Bayyinat
5
4714-4756
27
XVIII
Al-‘Itq
8
4757-4820
28
XVIII
Al-Makatib
9
4821-4883


BAB III
KESIMPULAN
Al-Baihaqi adalah seorang tokoh ahli hadits yang hidup pada masa kekacauan politik, yaitu ketika kekuasaan dan pusat peradaban Islam tidak lagi di kota Baghdad, melainkan sudah terdesentralisasikan kepada beberapa kota.
Kitab al-Sunan al-Shaghir ditulis oleh al-Baihaqi dengan maksud sebagai bayan singkat atas madzhab ahl Sunnah wa al-Jama’ah dalam menerapkan dan mengamalkan syari’ah. Kitab ini merupakan perpaduan antara kitab fikih dengan kitab hadits.
Hadits-hadits dalam kitab al-Sunan al-Baihaqi ini, sebagian dijelaskan kualitasnya. Hadits yang ia jelaskan kualitasnya, sebagian shahih sebagiannya lagi dha’if. Adapun bagian terbesar, hadits-haditsnya tidak jelaskan kualitasnya, sehingga untuk mengetahui kualitasnya perlu diteliti ulang.




















DAFTAR PUSTAKA
Al-Sunan al-Shaghir, Imam Baihaqi(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah cet. pertama, thn. 1412H-1992 M)
al-Sunan al-Kubra, Imam al-Baihaqi (Beirut: Dar-alFikr thn. 1425-1426 H-2005 M)
Agung Danarta,Kitab al-Sunan al-Shaghir , dalam buku STUDI KITAB HADITS yang ditulis oleh Dosen-dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta,
Sou’yb, Joesouf, Sejarah Daulat Abbasiyah, jilid II (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), 241






[1] Agung Danarta,Kitab al-Sunan al-Shaghir , dalam buku STUDI KITAB HADITS yang ditulis oleh Dosen-dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta,
[2]Ibid
[3]As-Sunan ash-Shaghir, Al-Sunan al-Shaghir  (Beirut-Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah ). jilid I
[4]Op. cit, hal. 197-198
[5]Ibid
[6]Ibid, hal. 201-202
[7]Op. cit, hal. 9
[9] Joesouf Sou’yb, Sejarah Daulat Abbasiyah, jilid II (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), 241
[10] Agung Danarta,Kitab al-Sunan al-Shaghir , dalam buku STUDI KITAB HADITS yang ditulis oleh Dosen-dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta. Hal. 207

[11] Dinukil dari muqaddimah al-Sunan al-Kubra, juz I hal. 107
[12]Ibid, hal. 209
[13] Keterangan ini penulis nukil dari muhaqqiq kitab al-sunan al-shaghir, jil. 1 hal. 10 cet. Beirut: Dar al-kutub al-‘Ilmiyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar